Thursday, January 30, 2014

Slackware

pengenalan slackware
Pada postingan kami yang dahulu kami telah berjanji untuk memberikan pengertian singkat mengenai distro slackware. Distro yang memiliki sebutan "distro lelaki" oleh beberapa penggunanya hal ini tidak terlepas dari sangat manual dalam menggunakan distro yang satu ini. Manual disini adalah berbeda dengan distro linux turunan dari red hat maupun debian, dimana distro Slackware tidak memiliki sistem pencarian dependensi otomatis



Berhubung kami belum menjelaskan mengenai apa itu depedencies dan beda antara .deb dengan .rpm maka kami akan memberi bahasan dilain kesempatan mengenai rinciannya, untuk sekarang dikarenakan hanya berupa pengenalan saja mengenai seseram apakah distro slackware ini yang konon sangat tidak di anjurkan kepada mereka yang baru akan beralih menggunakan linux.

Slackware sesungguhnya tidak sesulit yang orang-orang katakan, hanya membutuhkan kesabaran yang ekstra. Mengingat saat anda berinteraksi dengan slackware  maka anda akan sering membaca manual, searching di google bahkan bertanya-tanya ke forum khusus slackware. Meski sesungguhnya dalam paket instalasi slackware sudah disediakan slackbook untuk membantu mereka yang ingin menggunakan slackware.

Lalu dimana kesulitan dari distro ini sehingga tidak direkomendasikan untuk mereka yang ingin mencoba linux? Dari awal, saat anda memulai instalasi slackware tidak ada mode GUI yang dengan kemudahan yang ditawarkan seperti ubuntu, linux mint dan yang lainnya. Hitam putih, itulah yang akan anda lihat saat pertama kali booting dari installer slackware.

Lalu cara menginstallnya bagaimana jika tidak ada GUI dan hanya berupa CLI? Maka inilah alasan pertama yang akan membuat mereka yang ingin belajar linux untuk menyerah dan bilang kalau linux itu sulit. Karena seperti posting saya bahwa slackware adalah distro tertua yang mengkondisikan untuk mirip dengan unix maka dari awal distro ini muncul hingga versi terbaru 14.1 maka akan sama, tidak ada perbedaan berbeda dengan distro linux yang menawarkan kemudahan.

Semua harus anda lakukan melalui console untuk melakukan instalasi, bahkan tidak cukup sampai selesai penginstalan saja, untuk menginstall aplikasi-aplikasi tambahan tidak semudah ubuntu atau fedora yang dapat dengan mudah mengetikkan apt-get atau yum install. Anda harus mencari! Benar dan yang anda cari bukan .deb atau .rpm melainkan source code aplikasi tersebut. Dari source code yang anda dapatkan terlebih dahulu harus anda compile barulah anda dapat menginstallnya.

Sulit? Menurut kami rasa tidak ada yang sulit asal ada kemauan untuk belajar, terlebih pencitpa slackware, Patrick Volkedring selalu menyertakan .txt yang sangat banyak mengenai perubahan-perubahan dan how to guna membantu mereka yang kesulitan. Mungkin untuk perkenalan sampai sini dahulu karena jujur bahkan kami masih kesulitan dalam menginstall slackware ini. Namun selanjutnya akan kami bahas mengapa distro linux yang satu ini patut anda coba.


3 comments:

  1. Bismillahirrahmanirrahim.

    Jika akang hanya ingin memrogram Java dengan Eclipse, mengapa menggunakan Slackware? Bukankah lebih mudah jika menggunakan Ubuntu saja? Fedora juga. Mengenai pertanyaan "Slackware tidak memiliki konfigurasi mengenai dependencies" bukankah yang betul "Slackware tidak memiliki sistem pencarian dependensi otomatis"?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe
      Benar mas, kalau untuk bekerja sehari-hari sudah cukup menggunakan ubuntu atau fedora. Bahkan lebih mudah lagi jika menggunakan distro buatan dalam negeri semisal blankon atau Igos. Ini saya hanya mau mencoba memperkenalkan beberap distro yang mungkin membuat orang awam penasaran, karena banyak yang mengatakan slackware adalah distro ekstrim.
      Wah iya kesalahan ada di saya, sudah saya perbaiki mas :)

      Delete
  2. Mohon maaf dari saya orang yang baru mengenal linux, saya pernah mencoba Slackware yang terbaru, seingat saya sudah tersedia kok yang GUI, Bahkan Live CD juga sudah bisa kok. Saya mencoba yang XFCE.

    ReplyDelete